RSS

PARAFRASA LISAN

Setelah kita membaca novel atau menonton film di bioskop sering kali kita berkeinginan untuk menceritakan alur cerita dari novel atau film yang kita tonton kepada orang , istilah kerennya “ para frasa” , berhubungan dengan hal tersebut admin jadi tergerak hatinya dan akhirnya terPOSTinglah materi tentang “ PARAFRASA”, Semoga temen – temen semua paham materi parafrase berikut ini. Selamat membaca ^_^

 

A. Pengertian Parafrasa

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, parafrasa adalah seperti berikut.

(1) Pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi macam yang lain tanpa mengubah pengertiannya.

(2) Penguraian kembali sebuah teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.

Parafrasa mengandung arti pengungkapan kembali suatu tuturan atau karangan menjadi bentuk lain namun tidak mengubah pengertian awal. Parafrasa tampil dalam bentuk lain dari bentuk aslinya, misalnya sebuah wacana asli menjadi wacana yang lebih ringkas, bentuk puisi ke prosa, drama ke prosa, dan sebaliknya.

Parafrasa cenderung diuraikan dengan menggunakan bahasa si pembuat parafrasa bukan diambil dari kalimat sumber aslinya apalagi membuat parafrasa secara lisan.Memparafrasakan suatu tuturan atau karangan secara lisan bisa dilakukan setelah mendengar tuturan lisan atau setelah membaca suatu naskah tulisan. Hal itu lazim dilakukan oleh orang yang sudah terbiasa membuat parafrasa. Untuk mereka yang baru dalam taraf belajar, langkah

membuat parafrasa ialah dengan cara meringkasnya terlebih dahulu.

Namun, harus diingat parafrasa disusun dengan bahasa sendiri, bukan

dengan bahasa asli penulis.

B. Cara Membuat Parafrasa

Berikut adalah hal yang perlu dilakukan untuk membuat parafrasa

dari sebuah bacaan.

(1) Bacalah naskah yang akan diparafrasakan sampai selesai untuk

memperoleh gambaran umum isi bacaan/tulisan.

(2) Bacalah naskah sekali lagi dengan memberi tanda pada bagian-bagian

penting dan kata-kata kunci yang terdapat pada bacaan.

(3) Catatlah kalimat inti dan kata-kata kunci secara berurut.

(4) Kembangkan kalimat inti dan kata-kata kunci menjadi gagasan pokok yang sesuai dengan topik bacaan.

(5) Uraikan kembali gagasan pokok menjadi paragraf yang singkat dengan bahasa sendiri.Agar lebih jelas perhatikanlah contoh di bawah ini.

 

Wacana asli

Masalah-masalah yang  dihadapi di bidang pendidikan pada saat akan dimulainya pelaksanaan Repelita .Ia adalah sangat berat dan mendesak.Di bidang kurikulum terasa sekali kebutuhan akan pembaharuan agar sistem pendidikan dapat memenuhi tuntutan pembangunan dan kemajuan. Di samping itu, terdapat ketidak seimbangan baik di antara berbagai tingkat pendidikan vertikal maupun di antara berbagai jenis Jumlah anak yang tidak tertampung di sekolah jauh lebih besar daripada jumlah anak yang bersekolah. Demikian pula jumlahanak yang putussekolah (dropout) adalah jauh lebih besar daripada mereka yang berhasil menyelesaikan suatu tahap pendidikan. Sementara itu, tenaga-tenaga yang bekerja di bidang pendidikan baik teknis maupun administratif sangat kurang jumlahnya. Di samping itu, mutu keahlian tenaga-tenaga tersebut perlu ditingkatkan.

Prasarana  pendidikan seperti gedung dan ruang sekolah sangat tidak mencukupi. Buku-buku sangat sedikit jumlahnya. Kecuali itu, sedikit sekali sekolah-sekolah yang mempunyai perpustakaan,       alat-alat   peraga atau pun laboratorium dan tempat praktik. Akhirnya, organisasi dan pengelolaan pendidikan dan kebudayaan di pusat maupun di daerah belum mencerminkan kerja sama yang  serasi. Demikian pula belum ada sistem informasi pendidikan untuk keperluan perencanaan yang terarah.

Wacana di atas dapat diparafrasakan sebagai berikut.

Banyak masalah berat yang dihadapi pada awal Repelita I:masalah kurikulum, ketidak-seimbangan tingkat dan jenis pendidikan; penampungan murid dan masalah putus sekolah; kekurangan tenaga pendidikan, kurangnya mutu keahlian dan fasilitas; kurangnya kerjasama dan tiada sistem informasi.Membuat parafrasa lisan berarti uraian tertulis yang telah dibaca atau yang telah didengar, diungkapkan kembali secara lisan dengan kalimat sendiri dengan menerapkan teknik membuat parafrasa sama seperti di atas.

Teknik membuat parafrasa lisan adalah seperti berikut.

(1) Membaca informasi secara cermat.

(2) Memahami isi informasi secara umum.

(3) Menulis inti atau pokok informasi dengan kalimat sendiri.

(4) Mencatat kalimat pokok atau inti secara urut.

(5) Mengembangkan kalimat inti atau kata-kata kunci menjadi pokok-pokok pikiran yang sesuai dengan tema/topik informasi sumber.

(6) Menyampaikan atau menguraikan secara lisan pokok pikiran tersebut dengan menggunakan kata atau kalimat sendiri.

(7) Jika kesulitan menguraikannya, hal di bawah ini dapat membantu:

(a) Gunakan kata-kata yang bersinonim dengan kata aslinya.

(b) Gunakan ungkapan yang sepadan jika terdapat ungkapan untuk

membedakan dengan uraian aslinya.

(c) Ubahlah kalimat langsung menjadi tidak langsung atau kalimat

aktif menjadi pasif.

(d) Jika berbentuk narasi, bisa menggunakan kata ganti orang ketiga.

 

C. Memparafrasakan Puisi Menjadi Prosa

Puisi merupakan salah satu karya sastra yang bentuknya tidak sama dengan prosa atau karangan biasa. Puisi terbagi ke dalam larik-larik atau bait. Pada puisi banyak terdapat kata-kata yang bermakna kias atau konotasi. Oleh karena itu, isi atau tema puisi biasanya tersirat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memparafrasakan puisi menjadi prosa ialah seperti berikut.

(1) Bacalah atau dengarkan pembacaan puisi dengan seksama.

(2) Pahami isi kandungan puisi secara utuh.

(3) Jelaskan kata-kata kias atau ungkapan yang terdapat dalam puisi.

(4) Uraikan kembali isi puisi secara tertulis dalam bentuk prosa dengan menggunakan kalimat sendiri.

(5) Sampaikan secara lisan atau dibacakan.

 

Contoh parafrasa puisi

Menyesal

Pagiku hilang sudah melayang

Hari mudaku sudah pergi

Sekarang petang datang membayang

Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi

Beta lengah di masa muda

Kini hidup meracun hati

Miskin ilmu, miskin harta

Ah… apa guna kusesalkan

Menyesal tua tiada berguna

Hanya menambah luka sukma

Kepada yang muda kuharapkan

Atur barisan di hari pagi

Menuju ke arah padang Bakti

(PuisiBaru, Ali Hasyimi)

Setelah kita mendengarkan pembacaan puisi tersebut, dapat kita parafrasa sebagai berikut.

Puisi “menyesal”, karya Ali Hasymi mengisahkan seseorang yangmenyesali masa mudanya tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Ia lalai dan lengah. Kini di hari tuanya, ia merasa miskin ilmu, miskin harta (tidak berilmu dan tidak mempunyai harta apa-apa). Ia merasa tidak adaguna menyesali diri. Akan tetapi, ia tidak berhenti dalam sesalnya. Ia bangkit dan mengajak generasi muda: atur barisan di hari pagi, menuju ke arah padang bakti.

D. Memparafrasakan Naskah Drama Menjadi Prosa atau Cerita

Naskah drama juga termasuk karya sastra memiliki ciri khas tersendiri. Naskah drama terdiri atas uraian cerita dan dialog, namun lebih banyak unsur dialognya. Dalam naskah drama, tokoh ditulis berjajar di sebelah kiri diikuti dengan percakapan tokoh tersebut. Sesekali terdapat penjelasan mengenai gerakan, perilaku, pikiran, atau perasaan si tokoh yang ditulis di dalam kurung. Memparafrasa naskah drama sama dengan puisi, yaitu kita harus membacanya untuk memahami jalan ceritanya secara utuh. Jika dalam puisi banyak terdapat simbol, pada naskah drama, kita harus memperhatikan unsur berikut.

(1) Pahami setting atau latar cerita.

(2) Pahami dialog dan ambil simpulannya secara menyeluruh.

(3) Pahami penjelasan tentang tokoh yang ada di dalam kurung.

Setelah mendapatkan kesan secara umum jalan cerita dalam naskah drama, uraikan kembali cerita drama ke bentuk prosa singkat dengan menggunakan bahasa sendiri.

Bacalah naskah drama berikut!

Kudri   sedangasyik memukul-mukul  mejadengan irama dangdut. Yadi menari-nari di depan kelas. Rurin dan Mini duduk di bangku deretan paling  depan. Mereka berdua sedang belajar.

Rurin :   (kesal) “Hentikan!”

Kurdi :   (belagak      bodoh) “Ha…?” (terus memukul-mukul  meja gurulagi)

Rurin :   (bangkit lalu menarik lengan Yadi seraya  membentak)    “Keluar kau!”

Yadi : (keluar   sebentar  dan  ketika mendengar Kurdi menabui mejalagi,lalu        masuk       ke kelas dan      menari-nari lagi) “Enak juga menari-nari begini, ya Kur!”

Kurdi :   “Asyi iiiiiik!”

Rurin :   (membentaklagi sambil menutup kedua telinganya) “Hei…. berhenti!”

Kurdi :   “Aaa … pa! ” (makin keras menabuh  meja). “Ayo kita ganti irama jaipongan.”

Yadi : “Oke, oke !” (mulai menari lagi)

Kurdi :   “Asy… asy…”

Yadi :   “Asy i i i i i i i k!”

Mini : (agak terkejut) “Ooo…, rupanya kalian memang sudah bersekongkol, ya?”

Kurdi :   “Lho, kok ikut marah?”

Mini :   “Kalian memang suka mengganggu!”

Kurdi :   “Mengganggu?”

Mini : “Jangan tabuh meja itu! Kalau mau menari-nari dan tabuh-tabuhan sana di depan toko atau di pasar!”

Kurdi :   “Hei, berlagak jago ya !” (menunjuk       keluar). “Kalau mereka boleh ribut, kenapa kami tidak boleh?”

Mini :   “Sudahlah, Rin! Biarkan saja! Nanti kalau sudah bosan akan diam sendiri!”

Rurin :   “Berhenti atau tidak?” (mengancam)

Yadi :  “Teruskan, Kur! Kita kan sedang istirahat.”

Kurdi :   (berhenti     menabuh   meja, lalu berkacak pinggang menantang  Rurin) “mau apa?”

Rurin :   “Jangan pukul begitu”.

Yadi :   (memberi semangat) “Ayo, pukul saja, Kur!”

Yadi :   (memberi semangat) “Ayo, pukul saja, Kur!”

Rurin :   “Heh, beraninya sama anak perempuan! Tak tau malu!”

Mini :   “Sudahlah, tak usah ribut! Kita ini teman sekelas, bukan?”

Yadi :   “Bagus Kur! Ayoh lawan saja”.

Mini :   (setelah        menatap Yadi, lalu kepada Kurdi) “Mereka bermain di luar kelas tau”

Kurdi :   “Ayo, kita mulai, Yad!” (menabuh  mejalagi).

Rurin :   (tidak sabar lagi. Bangkit mengambilpenggaris, lalu mengancam) “Kalian mau keluar atau tidak!”

Mini juga bangkit membantu Rurin, Kurdi didorong-dorong keluar. Sebuah pkulan mengenai punggung Kurdi. Lalu, terjadi perebutan        penggaris. Yadi bersorak-sorak sambil  bertepuk tangan. Suasana  di kelas makin riuh.

Parafrasanya adalah sebagai berikut

Sebuah pukulan mengenai punggung Kurdi. Lalu, terjadi perebutan  penggaris. Yadi bersorak-sorak sambil bertepuk tangan. Suasana di kelasmakin riuh.Kemudian, Yadi keluar sebentar dan ketika mendengar Kurdi menabuhi meja lagi, sambil berkata kepada Kurdi, “Enak juga menari-nari begini, ya Kur!” Kurdi membalas dengan berkata, “Asyiiik.” Dengn kesal, Rurin membentak lagi sambil menutup kedua tangannya sambil berteriak, “Hei… berhenti!” Kurdi membalas dengan berkata “Aa…pa!” dan menabuh meja makin keras dan kembali menabuh meja lagi sambil mengajak Yadi, “Ayo, kita ganti irama Jaipongan,” dan terus mengajar Yadi menari, lalu Yadi menjawab, “Oke-oke!” Sambil mulai menari lagi. Kurdi berkata, “asy.. asy..” Yadi membalas, “Asyiiik!” Mini datang, agak terkejut dan berkata kepada Kurdi dan Yadi, “Oo.. rupanya kalian sudah bersekongkol, ya?” Kurdi membalas Mini dengan berkata, “Lho kok ikut marah?” ”Kalian memang suka mengganggu?” Dengan suara keras, Mini melarang Kurdi, “Jangan tabuh meja itu!” “Kalau mau menari-nari sana di depan toko atau di pasar!” sambil menunjuk ke luar, Kurdi berkata, “Hei, berlagak jago ya?” “Kalau mereka boleh ribut, kenapa kami tidak boleh?” Mini menjawab sambil menghampiri Rurin, “Sudahlah, Ri! Biarkan saja! Kalau sudah bosen, akan diam sendiri.” Namun, Rurin dengan nada mengancam berkata, “Berhenti atau tidak?” Yadi malah menyuruh Kurdi untuk terus menabuh meja,dengan berkata, “Teruskan, Kur! Kitakan sedang istirahat.”

Kurdi akhirnya berhenti menabuh meja sambil berkacak pinggang menantang Rurin dan berkata, “Mau apa?” Rurin menjawab, “Jangan pukul begitu.” Yadi memberi semangat kepada Kurdi dengan berkata, “Ayo, pukul saja, Kur!” Rurin menjawab, “Heh! Beraninya sama anak perempuan! Tak tau malu.” Mini melerai, “Sudahlah tak usah ribut. Kita ini teman sekelas, bukan?” Yadi menjawab, “Bagus Kur, ayo lawan saja!”. Mini menatap Yadi dan Kurdi bergantian seraya berkata, “Mereka bermain di luar kelas, tahu!” Kurdi mengajak Yadi menabuh meja lagi. Rurin tidak sabar lagi melihat kelakuan Kurdi dan Yadi. Ia bangkit mengambil penggaris, lalu mengancam, “Kalian mau keluar atau tidak?” Mini bangkit membantu Rurin dengan mendorong-dorong Kurdi keluar, sebuah pukulan mengenai punggung Kurdi, mereka saling berebutan penggaris. Yadi bersorak-sorak sambil bertepuk tangan menambah riuh suasana kelas.

Uraian parafrasa naskah drama dapat berbentuk tidak langsung, yaitu dengan mengubah dialog atau percakapan para tokoh menjadi kalimat tidak langsung. Ungkapkan kembali cerita drama dengan bahasa sendiri.

 

E. Pola Penyajian Informasi Lisan

Beberapa pola penyajian atau penyampaian informasi secara lisan

adalah seperti berikut.

1. Pola Contoh

Parafrasa dengan pola contoh dikembangkan memerinci atau memberikan ilustrasi untuk menjelaskan ide pokoknya.

Contoh:

Pohon pisang merupakan pohon yang banyak fungsinya. Selainbuahnya, daun dan batangnya dapat dimanfaatkan. Daun pisang dapat digunakan untuk membungkus, sedangkan batangnya dimanfaatkan untuk membuat perhiasan dalam pernikahan.

2. Pola Proses

Parafrasa diuraikan dalam bentuk proses, dengan memerinci cara kerja, langkah-langkah atau tahapan pelaksanaan. Parafrasa dengan pola ini berbentuk uraian ekspositoris.Uraian parafrasa naskah drama dapat berbentuk tidak langsung, yaitu dengan mengubah dialog atau percakapan para tokoh menjadi kalimat tidak langsung. Ungkapkan kembali cerita drama dengan bahasa sendiri.

Contoh:

Berikut ini adalah proses pembuatan lumpia.Pertama, tumis bawang bombai dan bawang putih sampai harum.Kedua, masukkan daun bawang dan ayam cincang, masak selama kurang lebih tiga menit. Ketiga, masukkan jagung manis, jamur kancing, bayam, lada, gula pasir, dan bumbu penyedap secukupnya. Keempat, aduk sampai rata jagung dan bumbu-bumbu tersebut sampai layu. Terakhir, masukkan larutan maizena sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk kurang lebih lima menit dan sisihkan.

3. Pola Sebab Akibat

Parafrasa dengan pola ini diawali dengan mengemukakan atau menggambarkan hal-hal yang menunjukkan sebab dan akhiri dengan suatu akibat.

Contoh:

Mencuci dengan sabun deterjen dapat memudarkan warna tekstil atau bahan pakaian. Memudarnya warna pakaian terlihat seperti lusuh dan usang. Pakaian lusuh tidak layak untuk dipakai. Akibatnya, banyak orang tidak menggunakan lagi sabun deterjen untuk mencuci

4. Pola Urutan/Kronologis

Parafrasa pola ini pemaparannya diuraikan berdasarkan urutan waktu dan rangkaian kejadiannya. Parafrasa pada pola urutan/kronologis bersifat narasi.

Contoh:

Saya mendengar suara kentongan, sepertinya itu pedagang bakmi lewat. Saya pergi keluar dan membuka pintu pagar, lalu memanggilnya.Ia berhenti. Pedagang itu seorang laki-laki. Dia bertanya, “Mau pesan berapa porsi?” Saya jawab “Satu porsi saja.” Kemudian, laki-laki itu menyiapkan bakmi sesuai pesanan saya. Setelah bakmi selesai dibuat,saya memberikan uang lima ribu rupiah untuk membayar bakmi kepada pedagang keliling itu, kemudian saya masuk ke rumah, dan pedagang berlalu dari depan rumah saya.

 

 

Tinggalkan komentar